BANDUNG
Stasiun Pusat Kereta Api Bandung
Stasiun kereta Api ini dibangun pada saat abad ke 19, dimana pasa saat itu terjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Sehingga terciptalah jalur transportasi kereta api. Peristiwa inilah yang dapat menjadikan Kota Bandung menjadi ramai hingga saat ini. bahkan Stasiun ini merupakan satu-satunya staiun tertua yang ada di Indonesia yang didirikan pada tahun 1884.
Alun – alun Bandung
Alun-alun merupakan salah satu Tempat Bersejarah Kota Bandung yang berada di Pusat Kota dimana di sekelilingnya terdapat banyak bangunan. Alun-alun terdiri dari lahan luas yang berbentuk persegi yang biasanya digunakan sebagai salah satu tempat rekreasi. Bahkan tempat ini, terkadang juga dipakai jika terdapat upacara-upacara pemerintahan, kegiatan sosial dan budaya serta kegiatan lainnya. saa
YOGYAKARTA
Candi Ngawen
Candi yang terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dari arah Yogyakarta berada kira-kira 5 Km ke arah (sebelum) Candi Mendut.
Candi Ngawen ini berlatar belakang agama Budha. Hal ini dibuktikan dengan temuan arca Dhyani budda Ratnasambhawa di candi II dan arca Dhyani Buddha amithaba di Candi IV. Berdasarkan gaya arsitektur bangunannya Candi Ngawen dibangun sekitar abad IX - X Masehi.
Candi ini mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Bentuk bangunannya nyaris mirip dengan bangunan candi Hindu. Hal ini disebabkan bangunan candi yang meruncing. Tetapi apabila diamati dengan seksama, candi ini memiliki stupa dan teras (undak-undak) yang menjadi simbol dalam candi-candi Budha.
Salah satu keunikan Candi Ngawen adalah keberadaan 4 buah arca singa di setiap sudut candi II dan Candi IV. Kompleks candi Ngawen terdiri dari 5 (lima) buah candi yang berderet sejajar dari utara ke selatan. Bangunan candi menghadap Timur. Berturut dari arah selatan Candi Ngawen I, II, III, IV dan V dengan masing-masing candi berdenah bujur sangkar. Candi II dan IV memiliki Ukuran dan bentuk konstruksi yang sama.
Keunikan lainnya yaitu pada seni arsitektur candi ini, ditemukan pada arca singa yang menopang empat sisi bangunan candi yang berhasil direkonstruksi dari lima bangunan yang ada. Gaya ukiran arca singa ini menyerupai lambang singa pada negara Singapura, dan berfungsi mengaliri air hujan yang keluar lewat mulut arca.
Dari kelima candi yang terdapat di kompleks Candi Ngawen tersebut hanya candi II yang telah dipugar pada tahun 1927 sehingga candi ini mempunyai komponen yang paling lengkap. Empat candi yang lain hanya tinggal Khaki. Dari kelima candi tersebut yang terparah adalah candi I yang hanya tinggal pondasi.
Candi Lumbung
Candi induk di candi lumbung ini telah tidak prima lagi memiliki bentuk, atap candi induk telah tak adalagi, tetapi demikian keidahan candi ini tetap mengagumkan dengan beragam pahatan- pahatan serta relief yang ada didinding candi induk ini. anda dapat mendapatkan relief- relief yang mengambarkan sosok laki- laki serta wanita dengan ukuran yang lebih kurang layaknya aslinya. anda akan mendapatkan yang mengapit pintu, yakni kuwera serta hariti. candi utama ini mempunyai tinggi lebih kurang 2, 5 mtr., dengan ada 9 buah relung, tetapi tidak satupun relung yang diisi arca, barangkali dikarenakan tangan- tangan jahil sebagaikan arca – arca di candi lumbung telah tak ada lagi.
Asal usul candi
Dimaksud candi lumbung dikarenakan bentuk candi ini menyerupai lumbung padi. tidak sama dengan candi prambanan yang disebut candi hindu, candi lumbung ini adalah candi budha.
Yaitu candi yang ada didalam kompleks taman wisata candi prambanan, tepatnya ada di sebelah candi bubrah. jaraknya dari candi prambanan yaitu lebih kurang 500 mtr. ke arah utara. dari kota klaten jaraknya lebih kurang 15 km ke arah barat.
Candi lumbung diperkirakan bangunan relijius budha yang didirikan pada abad viii. nama candi Lumbung sama juga dengan candi lumbung yang ada pada komplek candi prambanan. diberi nama candi lumbung dikarenakan kemungkinan candi ini dipakai untuk menaruh beberapa bahan makanan untuk rakyat kerajaan.
BALI
Candi Gunung KAWI
Candi Gunung Kawi terletak di Sungai Pakerisan, Dusun penaka, desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kab. Gianyar-Bali-Indonesia.
Tampaksiring adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia seluas 42,63 kilometer persegi. Pada masa lalu, Tampaksiring adalah pusat pemerintahan kerajaan di Bali. Di Tampaksiring terdapat istana kepresidenan, yang dibangun antara 1957-1960 atas titah Presiden Soekarno dan sebuah candi bernama Candi Gunung Kawi.
Kompleks candi ini sangat strategis karena lokasinya yang tak seberapa jauh dari Kota Denpasar. Dari Kota Denpasar, bisa berkendaraan sekira 40 km jauhnya menuju ke Tampaksiring yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, yang merupakan lokasi Candi Gunung Kawi. Kompleks candi sendiri sudah bisa dilihat dan dinikmati setelah melewati gapura dan 315 anak tangga di pinggir Sungai Pakerisan yang terletak di candi tersebut.
GOA GAJAH
Situs Goa Gajah diketahui dari masa pemerintahan beberapa raja, antara lain: Sri Dharmawangsawardhana Marakatapangkajastano Tunggadewa (1022 M), Raja Anak Wungsu (1053 M), Paduka Sri Mahaguru (1324 M).
Pada kitab Negarakertagama, yang dikarang oleh Mpu Prapanca pada jaman pemerintahan Raja Hayam Wuruk di era Majapahit menyebutkan Lwa Gajah terletak di Desa Bedulu sebagai tempat bersemayamnya Sang Bodadyaksa.
Juga disebutkan istilah Kunjarakunjapada yang berarti “asrama kunjara” dimana kunjara dalam bahasa Sansekerta berarti Gajah. Asrama ini merupakan asrama Rsi Agastya yang berlokasi di Mysore di India Selatan dimana jaman itu memang banyak hidup gajah liar disekitar asrama itu. Dengan demikian Goa Gajah kemungkinan besar kenangan asrama kunjarapada yang ada di India.
Penemuan situs Goa Gajah berawal dari laporan Pejabat Hindia Belanda, L.C. Heyting pada tahun 1923 yang melaporkan temuan arca Ganesha, Trilingga serta arca Hariti kepada Pemerintah Hindia Belanda, kemudian, Dr. W.F. Stuterhiem pada tahun 1925 memulai mengadakan penelitian yang lanjutan.
Kemudian pada tahun 1950 Dinas Purbakala RI melalui seksi-seksi bangunan purbakala di Bali yang dipimpin oleh J.L. Krijgman melakukan penelitian dan penggalian pada tahun 1954 dan ditemukanlah tempat petirtaan kuno dengan enam buah patung wanita dengan pancoran di dada sampai sekarang keberadaannya dipercaya bisa memberikan vibrasi pembersihan aura bagi pengunjung dengan cara membasuh muka. Penggalian dan penelitian dilanjutkan hingga tahun 1979
BOGOR
GOA GUDAWANG:
Goa ini merupakan rangkaian Goa yang sangat unik dan menarik.
Nama gudawang berasal dari kata “Kuda Lawang” yang artinya buntut/ekor kuda yang di kepang. Dikawasan ini terdapat 12 goa,tapi hanya tiga yang sudah di kembangkan atau di kelola dan di buka untuk umum yaitu, Goa Simenteng, Goa Simasikit, dan Goa sipahang.
(Sumber : Dinas Budpar Kab.Bogor)
PRASASTI BATU TULIS
Prasasti Batu Tulis yang terletak di Jl. Batutulis No. 54, Bogor ini merupakan peninggalan zaman Kerajaan Pajajaran dan bertuliskan huruf kawi Bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini dibuat oleh seorang putera Raja Pajajaran yaitu Raja Surawisesa. Dahulu Prasasti ini adalah tempat untuk melakukan upacara penobatan Raja-raja Pajajaran dibawah kekuasaan Prabu Siliwangi. (Sumber : kotabogor)
JAKARTA
KEBUDAYAAN
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugal.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
Ondel-ondel
Salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat adalah ondel-ondel. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalarnnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang terdapat di beberapa daerah lain.
No comments:
Post a Comment