Sunday, 7 February 2016

MAKALAH PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembangbiak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan,Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system pencernaan, ekskresi, dll
Berdasar latar belakang di atas, maka penulis membuat makalah dengan judul “Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dan Prinsip Pemenuhan Kebutuhan  Eliminasi”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara pemenuhan cairan dan elektrolit?
2.      Bagaimana cara pemenuhan kebutuhan eliminasi?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
2.      Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.

D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode studi literature, dimana sumber yang digunakan menggunakan sumber pustaka (buku) dan hasil browusing dari internet.













BAB II
PEMBAHASAN

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A.    KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal
1.      Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsenrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengatur ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubule renalis yang sel-selnya menyerapsemua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml / kg / bb / jam.
2.      Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit memengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat di peroleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, dan melalui suhu tubuh yang panas.
3.      Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss ± 400ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan kedalam pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang melakukan olah rag berat.
4.      Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.

Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1.      ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini di bentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mengsekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
2.      Aldesteron
Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
3.      Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
4.      Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
1.      Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, persentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Persentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat bada, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, persentase cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalm tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai cairan tubuh lebih sedikit disbanding pada pria, karena jumlah lemak dalm tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak dalm tubuh pria dewasa.


Kebutuhan air  berdasarkan usia dan berat badan
Usia
Kebutuhan Air
Jumlah Air Dalam 24 Jam
Ml / kg Berat Badan
3 hari
1 tahun
2 tahun
4 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
Dewasa
250-300
1150-1300
1350-1500
1600-1800
2000-2500
2200-2700
2200-2700
2400-2600
80-100
120-135
115-125
100-110
70-85
50-60
40-50
20-30

2.      Cara Perpindahan Cairan
a.       Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain tarjadi melalui membran kapiler yang permeable. Kecepatan proses difusi bervariasi bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperature cairan.
b.      Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membrane semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya. Solute adalh zat terlarut, sedangkan solvent adalah pelarutnya. Garam adalah solute, sedangkan air merupakan solvent. Proses omosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel. Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol.
c.       Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel. Proses ini dapat menerima / memindahkan molekul dari konsentrasi tinggi. Proses ini penting untuk mempertahankannatrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Sebagai contoh natrium dan kalium, dimana natrium di pompa keluar sel dan kalium di pompa masuk di dalam sel.
3.      Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
a.       Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalm proses osmosis, tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menariklarutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung disebut koloid.
b.      Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabelini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
4.      Jenis Cairan
a.       Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter.
Cairan nutrien terdiri atas :
·         Karbohidrat dan air
·         Asam amino
·         Lemak
b.      Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah.
5.      Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a.       Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1)      Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang.
2)      Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.
3)      Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
a)      Dehidrasi berat
·         Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
·         Serum natrium 159-166 mEq / L
·         Hipotensi
·         Turgor kulit buruk
·         Oliguria
·         Nadi dan pernapasan meningkat
·         Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b)      Dehidrasi sedang
·         Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
·         Serum natrium 152-158 mEq/L
·         Mata cekung
c)      Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5 – 2 L.
b.      Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).


B.     KEBUTUHAN ELEKTROLIT
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion.
1.      Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
·         Natrium                          :135 - 145 m Eq/L
·         Kalium                           : 3,5 - 5,3 m Eq/L
·         Klorida                           : 100 - 106 m Eq/L
·         Bikarbonat arteri            : 22 - 26 m Eq/L
·         Bikarbonat vena             : 24 - 30 m Eq/L
·         Kalsium                          : 4 - 5 m Eq/L
·         Magnesium                     : 1,5 - 2,5 m Eq/L
·         Fosfat                             : 2,5 - 4,5 mg/100ml
2.      Pengaturan Elektrolit
a.       Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.
b.      Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1)      Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
2)      Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui ginjal.
3)      Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
c.       Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim pankreas.
d.      Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesemia terjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mEq/L. Sedangkan hipermagnesemia terjadi bila kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/L.
e.       Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
f.       Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g.      Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
3.      Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
a.       Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b.      Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
c.       Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d.      Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e.       Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
f.       Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g.      Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h.      Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
4.      Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan  bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein.
5.      Gangguan / Masalah Keseimbangan Asam Basa
a.       Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang di sebabkan oleh karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
b.      Asidosis metabolic, merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
c.       Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih 7,45. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh karena adanya hiperventilisasi, kecemasan, emboli paru-paru, dll.
d.      Alkalosis metabolic merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45 atau secara umum keadaan asam basa dapat dilihat sebagaimana table berikut.
HCO3 Plasma
pH Plasma
PaCO2 Plasma
Gangguan Asam Basa
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat 
Asidosis respiratorik
Asidosis metabolic
Alkalosis respiratorik
Alkalosis metabolik

6.      Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh factor-faktor :
a.       Usia. Perbedaan  usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
b.      Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
c.       Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
d.      Sters dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natriumdan air.
e.       Sakit. Pada keadaan sakitterdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
A.    KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
Eliminasi adalah proses pembuangan sisia metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
1.      Organ yang berperan dalam Eliminasi Urine
Menurut ambarwati dan sunarsih (2009) Organ yang berperan dalam Eliminasi Urine yaitu sebagai berikut:
a.       Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal  sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh. ginjal juga menyaring bagian dari arah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh.
b.      Kandung kemih
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine).
c.       Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
2.      Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urunaria dapa menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250 -450 cc (pada orang dewasa) dan 200- 250 cc (pada anak-anak).
Ginjal memindahkan air dari darah berbentuk urine.Ureter mengalirkan urine ke bladder.Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu.Kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Komposisi urine :
a.       Air (96 %)
b.      Larutan (4 %)
·         Larutan organic : urea, ammonia, dan asam urat.
·         Larutan anorganik : natrium (sodium), klorida, kalium (potassium), sulfat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
3.      Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
Menurut Rendy (2010) factor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi urine adalah:
a.       Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b.      Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
c.       Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
d.      Stress psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e.       Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas.
f.       Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia
g.      Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
h.      Sosiokultural
Budaya dapt memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
i.        Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot bila dalam keadaan sakit.
j.        Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen,dan pelvis.
k.      Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
l.        Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.
m.    Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih.
4.      Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a.       Retensi urine, merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat   ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
b.      Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.
Menurut Rendy (2010) definisi inkontinensi urine yaitui Urine yang keluar tanpa disadari.Ada beberapa jenis inkontinensia urine yang dapat di bedakan:
1)      Total inkontinensi  : adalah kelanjutan dan tidak tidak dapat diprediksi keluarnya urine.
2)      Stress inkontinensi: keadaan dimana urine secara tiba-tiba disemprotkan saat bersin, batuk, mengangkat barang berat.
3)      Urge inkontinensi: terjadi padfa waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ke toilet tepat pada waktunya.
4)      Fungsional inkontinensi: involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine.
5)      Reflex inkontinensi: adalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh.
Penyebab dari inkontinensi:
·         Proses ketuaan
·         Pembesaran kalenjar prostat
·         Spasme kandung kemih
·         Menurunya kesadaran
Menggunakan obat narkotik.

c.       Enuresis, merupakan ketidak sanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. yaitu sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari dan dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d.      Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan eliminasi terdiri atas : Frekuensi, Urgensi, Disuria, Poliuria, Urinaria supresi.
5.      Pengkajian Eliminasinasi Urine
a.       Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
b.      Volume
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang di keluarkan dalam waktu 24 jam. Berdasarkan usia, volume urine normal dapat di tentukan sebagai berikut:

Volume urine normal
No.
Usia
Jumlah/hari
1.
1-2 hari
15-60 ml
2.
3-10 hari
100-300 ml
3.
10-2 bulan
250-400 ml
4.
2 bulan-1 tahun
400-500 ml
5.
1-3 tahun
500-600 ml
6.
3-5 tahun
600-700 ml
7.
5-8 tahun
700-1000 ml
8.
8-14 tahun
800-1400 ml
9.
14 tahun- dewasa
1500 ml
10.
Dewasa tua
≤ 1500 ml

 volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka  perlu lapor.(Rendy;2010)
c.       Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
d.      Bau Normal urine berbau aromatik yang memusingkan.
Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
e.       Berat jenis
Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis : 1,010 – 1,030
f.       Kejernihan
·         Normal urine terang dan transparan
·         Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
g.      pH :
·         Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
·         Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri.
·         Vegetarian urinennya sedikit alkali.
h.      Protein :
·         Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal – urine.
·         Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine.
·         Adanya protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut albuminuria.
i.        Darah
·         Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
·         Adanya darah dalam urine disebut hematuria(trauma/penyakit pada saluran kemih bagian bawah)
j.        Glukosa
·         Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien DM.
·         Adanya gula dalam urine disebut glukosa.
6.      Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine
a.       Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil di lakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal).
Persiapan alat dan bahan :
·         Urineal
·         Pengalas
·         Tisu
Prosedur kerja :
·         Cuci tangan
·         Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
·         Pasang alas urineal di bawah glutea
·         Lepas pakaian bawah pasien
·         Pasang urineal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha
·         Anjurkan pasien untuk berkemih
·         Setelah selesai rapihkan alat
·         Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine
b.      Melakukan Kateterisasi
Menurut kusmiyati (2009) definisi kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan yang di masukksn melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk membuang urine.
Jenis-jenis kateter
·         Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
·         Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam jangka waktu sedang (kurang dari 3 mingu).
·         Kateter silicon murni atau teflon : untuk menggunakan jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur pada meatur urethra.
·         Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut tidak panas dan nyaman bagi urethra.
·         Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yg melahirkan.
Ukuran kateter
·         Anak            : 8-10 french (Fr)
·         Wanita          : 14-16 Fr
·         Laki-laki       : 16-18 Fr

Persiapan alat dan bahan :
·         Sarung tangan steril
·         Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
·         Duk steril
·         Minyak pelumas/jelly
·         Larutan pembersih antiseptic (kapas sublimat)
·         Spuit yang berisi cairan
·         Perlak dan alasnya
·         Pinset anatomi
·         Bengkok
·         Urineal bag
·         Sampiran
Prosedur kerja (pada perempuan)
·         Cuci tangan.
·         Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
·         Atur ruangan.
·         Pasang perlak / alas.
·         Gunakan sarung tangan steril.
·         Pasang duk steril.
·         Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (± 3 kali hingga bersih.
·         Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam.
·         Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik nafas, asupan (2,5-5cm) atau hingga urine keluar.
·         Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan menggunakan spuit untuk yang di pasang tetap.  Bila tidak dipasang tetap, tarik kembali sambil pasien di suruh napas dalam.
·         Sambung kateter dengan urineal  bag dan fiksasi kea rah samping.
·         Rapikan alat.
·         Cuci tangan.

B.     KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI
1.      Proses Defekasi Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis.(Hidayat, Uliyah:2006)
2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi
a.       Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
b.      Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
c.       Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
d.      Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
e.       Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.
f.       Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika seseorang tersebut buang air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulilan dalam proses defekasi.
g.      Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h.      Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.
i.        Kerusakan motorik dan sensorik
Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi.hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang belakang ataukerusakan saraf lainnya.

Perbandingan Feses
No
Keadaan
Normal
Abnormal
Penyebab
1.
Warna
Bayi : Kuning
Putih, hitam / tar, atau merah
Kurangnya kadar empedu, perdarahan saluran cerna bagian atas, atau perdarahan saluran cerna bagian bawah.






Dewasa : coklat
Pucat berlemak
Malabsorpsi lemak.
2.
Bau
Khas fases dan dipengaruhi oleh makanan
Amis dan perubahan bau
Darah dan ifeksi.
3.
Konsistensi
Lunak dan berbentuk.
Cair
Diare dan absorpsi kurang.
4.
Bentuk
Sesuai diameter rectum
Kecil, bentuknya seperti pensil.
Obstruksi dan peristaltik yang cepat.
5.
Konstituen
Makanan yang tidak dicerna, bakteri yang mati, lemak, pigmen empedu, mukosa usus, air.
Darah, pus, benda asing, mukus, atau cacing.
Internal bleeding, infeksi, tertelan benda, iritasi, atau inflamasi.

3.      Gangguan / Masalah Eliminasi Alvi
a.       Konstipasi
        Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
b.      Diare
        Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah
c.       Inkontinensia Usus
        Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.
d.      kembung
        Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau usus
e.       Hemorroid
        Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lain
f.       Fecal Impaction
        Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
4.      Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
a.       Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan.
b.      Membantu pasien buang air besar dengan pispot.
c.       Memberikan huknah rendah.
d.      Memberikan huknah tinggi.
e.       Memberikan gliserin.
f.       Mengeluarkan feses.









BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, persentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Persentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat bada, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, persentase cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalm tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai cairan tubuh lebih sedikit disbanding pada pria, karena jumlah lemak dalm tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak dalm tubuh pria dewasa. Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliiki sifat bertegangan tetap. Cairan saline sendiri dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik.
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang berperan dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia urine dan enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan katerisasi.
      Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi atau buang air besar adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses defekasi. Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain: usia, diet, asupan cairan, aktifitas, gaya hidup dan penyakit.

B.     Saran
Kita harus ebih memperhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit dan memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan alvi dalam kehidupan kita sehari-hari. Menjaga kebersihan daerah tempat keduanya urine dan alvi.


 DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. (2011). KDPK KEBIDANAN Teori dan Aplikasi (cetakan ketiga). Yogjakarta: Nuha Medika.
Uliyah, Musrifatul dan A.Aziz Almul Hidayat. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan (edisi kedua). Jakarta: Salemba Medika.
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison Wsley Nursing, California, 1995


No comments:

Post a Comment

Lebih banyak lagi tentang makalah dan tugas sekolah untuk SMA, SMK, MAN, SMP, MTs
silahkan menuju gudang makalah
klik >>> disini