Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah swt yang telah beribu nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Shalawat
beserta salam semoga selalu tertuju kepada baginda Nabi Muhammad saw
tak luput kepada keluarga, sahabat, dan juga semua pengikutnya.
Tujuan kami menyusun karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tidak
lupa, beribu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada guru bidang studi
pelajaran Bahasa Indonesia dan juga rekan-rekan kami yang telah
bersedia membantu kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini secara baik
dan benar menurut kajian ilmu bahasa Indonesia.
Harapan
kami, semoga dengan disusunnya karya ilmiah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan khususnya bagi kami sebagai penyusun umumnya
bagi yang membaca karya ilmiah ini.
Tasikmalaya, Februari 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
adalah salah satu media atau alat yang sangat penting bagi kehidupan
manusia didalam bersosialisasi. Apalagi telah kita ketahui, bahwa Negera
kita tercinta yakni Indonesia memiliki beribu macam bahasa dari
berbagai daerah. Mulai dari bahasa Melayu, Sunda, Batak, Betawi, Jawa
dan lain sebagainya.
Keragaman bahasa negara ini ternyata memiliki gaya bahasa yang banyak mengandung makna tersurat maupun tersirat yang mendalam.
Para
sastrawan dahulupun memanfaatkan gaya bahasa atau gaya bahasa ini dalam
menciptakan suatu karyanya, baik itu dalam bentuk prosa lama seperti
puisi, syair, talibun dan lain-lain ataupun dalam bentuk karya lainnya,
yang bertujuan untuk menambah kesan dan pesan serta menambah keindahan
berbahasa dalam hasil karya mereka.
Dijaman
modernpun ternyata para musisi tak mau kalah dengan para sastrawan
dahulu mereka mulai memasukkan gaya bahasa kedalam syair-syair lagu
mereka.
Lagu
sendiri terbagi menjadi dua, yakni lagu yang bersifat sastrais dan lagu
yang bersifat komersialis. Lagu yang bersifat sastrais biasanya
mengandung gaya bahasa yang mendalam serta menarik untuk dikaji maknanya
bersama. Sedangkan lagu yang bersifat komersialis syairnya jarang
menggunakan gaya bahasa atau gaya bahasa.
Kami
sendiri lebih menyukai lagu yang bersifat sastrais karena selain
memiliki gaya bahasa yang menarik, juga memiliki nilai sastra yang
kental akan makna.
Maka
dari itu, dalam pembuatan laporan karya ilmiah ini kami akan mencoba
mengkaji sebuah lagu yang bersifat sastrais dari segi gaya bahasa yang
kami beri judul “Menganalisis Lagu Untuk Kita Renungkan” berdasarkan
gaya bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana pengertian gaya bahasa ?
• Bagaimana pembagian gaya bahasa ?
• Bagaimana nalisa lagu berdasarkan gaya bahasa ?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar
pembahasan tidak terlalu melebar, kami hanya akan menganalisis sebuah
lagu yang berjudul “Untuk Kita Renungkan” berdasarkan gaha bahasanya
saja.
1.4 Tujuan Penelitian
• Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa
• Untuk mengetahui pembagian gaya bahasa
• Untuk mengetahui hasil analisa lagu “Untuk Kia Renungkan” berdasarkan gaya bahasa
1.5 Manfaat Penelitian
• Secara teoritis : Dapat mengetahui secara teori mengenai arti dan pembagian gaya bahasa.
• Secara praktis : Dapat mengaplikasikan dan menilai suatu karya seperti sebuah lagu berdasarkan gaya bahasa.
1.6 Metode Penelitian
Metode
yang kami lakukan dalam pembuatan karya ilmiah ini yakni dengan
menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik observasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gaya Bahasa
Terdapat beberapa pengertian gaya bahasa menurut beberapa ahli sastra kebahasaan, diantaranya :
a. Keraf (2006, 112-113)
Gaya
atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan style. Kata
style diturunkan dari kata latin yakni stilus, yaitu semacam alat untuk
menulis pada lempengan lilin. Keahlian dalam mempergunakan lempengan ini
akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak
pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah,
maka style berubah menjadi kemampuan atau keahlian untuk menulis atau
untuk mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena
perkembangan itu maka gaya bahasa meliputi semua yang berhubungan
dengan kebahasaan. Walaupun style berasal dari bahasa latin, orang
Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori style itu. Ada dua aliran
yang terkenal, yaitu :
1. Platonik
Menganggap
style sebagai suatu ungkapan ; menurut mereka ada ungkapan yang
memiliki style ada ungkapan yang tidak memiliki style.
2. Aristoteles
Gaya bahasa adalah suatu kualitas yang inheres, yang ada dalam setiap ungkapan.
b. Tarigan (1985 : 5)
Gaya
bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek
pembicaraan dengan jalan memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
c. Muhardi dan Hasanuddin ws (2006 : 43-45)
Gaya
bahasa menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai
medium fiksi. Penggunaan bahasa tulis dengan segala kelebihan dan
kekurangannya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengarang.
d.
Semi (1984 : 38-41)
Gaya
bahasa yaitu yang digunakan oleh sastrawan meskipun tidaklah terlalu
luar biasa, adalah unik, karena selain dekat dengan watak dan jiwa
penyair, juga membuat bahasa yang digunakan berbeda dalam makna. Jadi,
gaya lebih mengutamakan pembawaan pribadi.
e. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia
Gaya
bahasa adalah hiasan, cara menggambarkan sesuatu dengan jalan
memperbandingkan atau menyamakan dengan sesuatu yang lain.
(http://dinizakiah-dizanursalamah.blogspot.com )
Dari
beberapa pengertian diatas dapat kami simpulkan bahwa gaya bahasa
adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara lisan ataupun
tulisan yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
ataupun penyair.
2.2 Pembagian Gaya Bahasa
Secara garis besar gaya bahasa dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Gaya bahasa perbandingan
2. Gaya bahasa penegasan
3. Gaya bahasa sindiran
4. Gaya bahasa pertentangan
2.2.1 Gaya Bahasa Perbandingan
Yakni
gaya bahasa yang berusaha membuat ungkapan dengan cara memperbandingkan
suatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan yang lain. Bahasa jenis
ini mempunyai banyak ragam. Adapun ragam-ragam gaya bahasa perbandingan
ini dapat dihurufkan sebagai berikut :
a. Personifikasi
Gaya
bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat
manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai
sifat-sifat seperti manusia ataupun benda yang hidup.
Contoh : Baru 3km berjalan, mobilnya sudah batuk-batuk.
b. Metafora
Gaya
bahasa perbandingan yang dituliskan sesuatu dengan perbandingan
langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama ataupun hamper sama.
Contoh : Raja siang telah pergi ke peraduannya.
(Raja siang adalah matahari)
c. Asosiasi
Gaya bahasa perbandingan tak langsung dengan menggunakan kata bagai, seperti, laksana, bak dan sebagainya.
Contoh : Dia hadir laksana bagi masyarakat disana.
d. Metonimia
Gaya
bahasa yang menyamakan sepatah kata atau nama yang memiliki hubungan
dengan suatu benda lain yang merupakan merk perusahaan atau perdagangan.
Contoh : Kemarin dia memakan Honda, sekarang dia memakai Toyota.
e. Eufemisme(ungkapan pelembut)
Gaya
bahasa Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan suatu
benda dengan kata-kata yang lebih lembut agar mejadi pengganti kata-kata
yang sopan atau tabu bahasa
Contoh :
Pramuwisma bukan pekerjaan hina
Orang itu berubah akal
Pramusaji melayani pelanggan dengan ramah
f. Sinekdokhe
Gaya bahasa sinekdokhe dibedakan mejadi dua,
1) Pars prototo adalah gaya bahasa sinekdokhe yang menulisnya sebagian tetapi maksudnya secara keseluruhan,
Contoh:
sudah beberapa hari Dia tidak sekalipun kelihatan batang hidungnya
Dia mempunyai lima ekor kuda
Puncak ubun-ubunnya kelihatan juga dari atas
2) Totem
Proparte adalah gaya bahasa sinekdokhe yang menuliskan atau menerangkan
sesuatu secara keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian
Contoh :
Kaum wanita memperingati hari kartini
Penghuni sekolah itu sedang melakukan upacara bendera
SMA N 1 GALUR jadi panitia lomba basket.
g. Alegori
Gaya
bahasa Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang memperlihatkan
suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk satu kesatuan yang
menyeluruh
Contoh :
Hidup itu dibandingkan dengan perahu yang berlayar di tengah lautan
h. Hiperbola
Gaya
bahasa hiperbola adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan
sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan
kata-kata yang lebih lebat untuk dimengerti
Contoh :
Harga bensin mebumbung tinggi
Anak Indonesia merangkak di jalan-jalan
Menggelepar dalam gubuk-gubuk tanpa jendela
i. Simbolik
Gaya
bahasa Simbolik adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang
Contoh: Keduanya hanya cinta monyet
j. Litotes (hiperbola negatif)
Gaya bahasa Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu untuk tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku
k. Alusio
Gaya bahasa Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau unkapan
Contoh :
Apakah kejadian meletusnya gunung merapi akan terulang lagi ?
l. Sinisme
Gaya bahasa Sinisme adalah gaya bahasa sindiran yang kasar lebih kasar dari gaya bahasa Ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini
m. Sarkasme
Gaya bahasa Sarkasme adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukkan
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, di beri nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk telinga
n. Pleonasme
Gaya
bahasa Pleonasme adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan
kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau
mendahului
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
o. Parabel
Gaya
bahasa perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup. Gaya
bahasa ini terkandung dalam seluruh isi karangan, tersimpul berupa
pedoman hidup.
Contoh : Mahabarata, Bayan Budiman
2.2.2 Gaya bahasa Penegasan
Gaya
bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang berusaha menekan pengertian
suatu kata atau ungkapan. Gaya penegasan ini dapat dilakukan dengan cara
mengulang sepatah kata berkali-kali, mengulangnya dengan kata lain
memiliki arti yang sama, dan sebagainya.
a. Klimaks:
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
Contoh:
Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
b. Antiklimaks:
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh:
Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya
c. Koreksio:
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh: Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
d. Asindeton:
Adalah
gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan
kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang
disebutkan.
Contoh:
Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
e. Interupsi:
Adalah
gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang
disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam
kalimat.
Contoh: Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
f. Eksklmasio:
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh: Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
g. Enumerasio:
Adalah
beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu
persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh:
Laut
tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan
meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar
dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya
berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
h. Silepsis dan Zeugma:
Adalah
gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya
salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain
sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh: ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
i. Apofasis atau Preterisio:
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.
Contoh:
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara
j. Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.
k. Aliterasi:
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh: Keras-keras kena air lembut juga
l. Paralelisme:
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat.
Contoh: Jika kamu minta, aku akan datang
m. Tautologi:
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh: Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
n. Antanaklasis:
Adalah yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh: Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah
o. Anastrof atau Inversi:
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh: Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
p. Retoris:
Adalah
pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan
untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan
sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh: Siapakah yang tidak ingin hidup ?
q. Elipsis:
Adalah
gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan
mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh: Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )
2.2.3 Gaya Bahasa Sindiran
a. Ironi (sindiran halus)
sindiran yang dikatakan, kebalikan dari apa yang sebenarnya
Contoh: Lekas betul abang pulang, hari baru pukul satu malam (lekas betul=terlambat sekali)
b. Sinisme
sindiran lebih kasar dari ironi yang bermaksud mencemoohkan
Contoh: “Bersih benar badanmu, ya?” Kata ibu kepada anaknya yang belum mandi
c. Sarkasme
sindiran yang sangat tajam dan kasar, hingga kadang-kadang menyakitkan hati.
Contoh: Hai, binatang pergi engkau dari sini!
2.2.4 Gaya Bahasa Pertentangan
a. Paradoks
Gaya bahasa yang mengemukakan dua pengertian yang bertentangan sehingga sepintas lalu tidak masuk akal
Contoh: Dia sering kesepian di kota besar yang ramai itu
b. Antitesis
Pengungkapan mengenai situasi, benda atau sifat yang keadaannya saling bertentangan, dan menggunakan kata-kata berlawanan arti
Contoh: Besar kecil, tua muda, pria wanita ikut menyaksikan perlombaan itu
c. Anakhronisme
Gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan tidak sesuai dengan peristiwa sejarah
Contoh: Candi Borobudur dibuat oleh nenek moyang dengan menggunakan komputer
d. Kontrakdiksio interminis
Gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan penjelasan semula
Contoh: Semua telah beres, kecuali surat jalan
2.3 Lagu berdasarkan gaya bahasa
“Untuk Kita Renungkan”
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat..
Singkirkan debu yang masih melekat..
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya..
Adalah Dia di atas segalanya..
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista
Oh… Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud pada-Nya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... hooo
Berubahlah agar Dia tersenyum
2.4 Hasil Analisis
Kita masih telanjang benar-benar bersih
Antara
penggalan kata telanjang dan benar-benar bersih yang terdapat dalam
syair bait pertama baris kesatu mengandung gaya bahasa Perifrasis Karena
memiliki makna atau arti yang sama atau sebanding yakni suci dan
bersih.
Singkirkan debu yang masih melekat
Dalam
penggalan kata diatas yang terdapat pada baris keempat dan kelima bait
kesatu terdapat gaya bahasa personifikasi dan repetisi.
Pada
kata “debu yang masih melekat” terdapat gaya bahasa personifikasi
karena debu adalah benda mati yang seakan-akan hidup. Gaya repetisi juga
terdapat dalam bait keempat dan kelima karena terdapat kata-kata yang
diulang yang seolah-olah menjadi penegas dalam lirik tersebut.
Anugerah dan bencana adalah kehendaknya
Pada
bait kedua baris kesatu dalam kata “anugerah dan bencana” menggunakan
gatya bahasa antitesis karena mengandung paduan kata yang berlawanan.
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Pada
bait kedua baris ketiga mengandung gaya bahasa simbolik karena pada
kata “cambuk kecil” mengandung arti atau makna coabaan dari Tuhan berupa
musibah.
Adalah Dia diatas segalanya
Pada
bait kedua baris keempat dan kelima mengandung gaya bahasa repetisi
karena kalimat yang sama seolah-olah menjadi kalimat penegas. Selain
gaya bahasa repetisi terdapat juga gaya bahasa simbolik pada penggalan
kata “diatas segalanya” mengandung makna atau arti bahwa Tuhan maha
kuasa dan tuhan yang menguasai semuanya.
Anak menjerit-jerit asap panas membakar
Pada
bait ketiga baris kesatu dalam penggalan kata “anak menjerit-jerit dan
asap panas membakar” mengandung gaya bahasa hiperbola karena terdapat
kata yang dilebih-lebihkan.
Lahar dan badai menyapu bersih
Pada
bait ketiga baris kedua kata “lahar dan badai” memilik gaya bahasa
personifikasi karena kata badai dan lahar disifati oleh kegiatan menyapu
bersih seolah-olah badai dan lahar memiliki nyawa seperti halnya
manusia atau makhluk hidup.
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Pada bait kelima baris kedua mengandung gaya bahasa antitesis karena memilik dua buah kata yang saling berlawanan.
Kemankah lagi kita kan sembunyi
Pada
bait kelima baris ketiga mengandung gaya bahasa retoris karena terdapat
penggalan kata yang seolah-olah bertanya akan tetapi tidak memiliki
jawaban.
Bercerminlah dan banyak bercermin
Pada
penggalan kata diatas yakni pada bait keenam baris kedua mengandung
gaya bahasa tautologi, karena terdapat dua kata yang diulang-ulang
seolah-olah menjadi penegas kata pertama.
Berusahalah agar dia tersenyum, berubahlah agar dia tersenyum
Pada
bait keenam baris keempat dan kelima mengandung gaya bahasa repetisi
karena terdapat kata yang sama pada kalimat yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari
analisis yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa, gaya bahasa adalah
bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan kemahiran pengarang
mempergunakan bahasa sebagai medium fiksi. Secara garis besar gaya
bahasa itu dibedakan menjadi empat jenis yaitu gaya bahasa perbandingan,
gaya bahasa penegasan, gaya bahasa sindiran dan gaya bahasa
pertentangan. Kemudian dari analisis lagu “Untuk Kita Renungkan” yang
telah kami lakukan, ada banyak gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu
tersebut, sehingga lagu yang tercipta dapat memberikan keindahan dan
keunikan tersendiri. Diantara gaya bahasa yang digunakan dalam lagu
“Untuk Kita Renungkan” antara lain, gaya bahasa perifrasis,
personifikasi, repetisi, antitesis , simbolik, hiperbola, antitesis ,
retoris, tautology.
3.2 Saran
Demikian karya ilmiah yang kami buat ini, kami menyadari akan
banyaknya kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai
motivasi bagi kami dari para pembaca mengenai karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://astriaprillia.blogspot.com
http://dinizakiah-dizanursalamah.blogspot.com
No comments:
Post a Comment